Wakil Presiden Boediono. (FOTO.ANTARA)

Bandarlampung (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono mengatakan bangsa Indonesia patut bersyukur karena berhasil melewati masa-masa kritis dalam proses reformasi. "Berkat karunia Tuhan Yang Maha Esa, berkat kearifan bangsa kita. Kita dengan selamat dapat melewati masa-masa kritis dalam proses perubahan yang penuh tantangan," katanya saat memberikan pidato dalam Seminar Nasional Ikatan Alumni Lemhanas di Bandarlampung, kemarin.

Ia mengatakan, setelah mengalami persoalan politik selama dua dasawarsa sejak proklamasi, Indonesia memasuki era kestabilan politik yang panjang lebih dari tiga dasawarsa.

Dalam kurun waktu tersebut, kata Wapres, ada kemajuan ekonomi dan sosial yang tercapai, tetapi itu justru menjadi landasan bagi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan yang lebih tinggi.

Rakyat menuntut adanya perubahan, menginginkan agar suaranya semakin didengar, dipertimbangkan dalam kebijakan pengelolaan negara dan menuntut penyelenggaraan negara yang lebih transparan serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, ujarnya.

Menurut Wapres, reformasi di Indonesia ini hanyalah manifestasi dari perubahan besar yang juga terjadi di negara lain dimana arus demokratisasi terjadi mulai dari Eropa Timur, Amerika Latin, hingga Afrika Selatan.

"Proses yang sama saat ininampaknyajugamulaimelanda Timur Tengah yang sampai beberapawaktu lalukelihatan tidak terpengaruh oleh arus demokratisasi global," katanya.

Untuk itu, bangsa Indonesia patut bersyukur karena selamat melewati masa kritis, sementara masih ada negara-negara yang belum menikmati demokrasi dan tengah berharap akan perubahan.

Pengetahuan dapat memberikan keuntungan yang nyata. Untuk memastikan Anda mendapat informasi tentang Harga Jual Blackberry iPhone Laptop Murah, terus membaca.

Namun, Wapres mengingatkan meski telah melewati masa kritis bukan berarti akhir dari perjalanan, melainkan awal dari perjalanan yang membutuhkan kerja keras segenap bangsa Indonesia.

"Sangat penting untuk mengingat bahwa melewati masa kritis bukan akhir tapi justru awal dari perjalanan besarkita, yang memerlukan pekerjaan-pekerjaan besar untuk kita selesaikan," katanya.

Tugas yang harus dilakukan sekarang adalah membangun aturan main, membangun institusi-institusi, dan melakukan konsolidasi demokrasi.

Sementara itu, Seminar Nasional Ikatan Alumni Lemhanas 2011 yang bertema "Apa Golongan Darah Bangsa Indonesia", merefleksikan persoalan jati diri bangsa Indonesia.

Turut menghadiri Seminar Ikal, antara lain Gubernur Lemhanas Budi Susilo Soepandji, Ketum IKAL Agum Gumelar, dan Gubernur Lampung Sjachroeddin yang juga merupakan alumni Lemhanas.

Sejumlah tokoh juga hadir dalam seminar tersebut sebagai pembicara yakni mantan Gubernur Lemhanas Muladi, anggota Wantimpres Ryaas Rasyid, Rektor Universitas Indonesia Gumilar R Sumantri, mantan Rektor UGM Sofian Effendi, dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat.(*)

(T.H017A041)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com