Kendaraan dan pesawat terbang dihanyutkan oleh gelombang tsunami di dekat bandara Sendai, Jepang, Jumat (11/3). (REUTERS/KYODO)

Jakarta (ANTARA News) - Perekonomian Jepang setelah bencana gempa bumi diikuti tsunami yang menghancurkan banyak pusat industri di kawasan pantai timur negara itu pekan lalu, diperkirakan tidak akan berpengaruh besar pada perekonomian Indonesia meski cukup banyak keterkaitan hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara. "Keadaan Jepang saat ini tidak akan memberikan pengaruh yang besar terhadap perekonomian Indonesia, dan saya yakin target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen akan tercapai," kata pengamat ekonomi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Latif Adam, kepada ANTARA News di Jakarta, Rabu.

Latif menambahkan, Jepang merupakan pemilik investasi terbesar ketiga di Indonesia, oleh karena itu selain mengutamakan pemulihan kondisi di dalam negeri sendiri tentu Jepang tidak akan mengesampingkan investasi mereka yang berada di luar negeri.

"Ekspor Indonesia ke Jepang akan menurun, begitu juga dengan impor, namun itu sifatnya hanya sementara dan tidak akan terlalu lama," kata Latif.

Ia menambahkan bahwaproduksi dalam negeri Jepang akan mengalami penurunan dalam waktu dekat tetapi tidak berlangsung lama.

Ekspor Indonesia ke Jepang juga jelas akan menurun karena daya beli masyarakat Jepang menurun akibat gempa dan tsunami yang melanda Jepang pada Jumat (11/3), begitupun dengan impor barang-barang dari Jepang sementara juga akan turun, kata Latif.

"Mungkin saat ini perekonomian Jepang sedang turun, mulai dari ekspor dan impor karena pemerintah Jepang akan memberi prioritas penuh pada pemulihan di dalam negeri," ujar Latif.

Pikirkan tentang apa yang telah Anda baca sejauh ini. Apakah itu memperkuat apa yang sudah Anda ketahui tentang Harga Jual Blackberry iPhone Laptop Murah? Atau ada sesuatu yang sama sekali baru? Bagaimana dengan paragraf yang tersisa?

Namun, ia menilai,  dalam satu atau dua bulan ke depan pemertintah Jepang akan segera melaksanakan tahap rekonstruksi.

Latif mengatakan, mungkin saat ini keadaan di Jepang memprihatinkan, namun pemerintah Jepang akan bertindak cepat untuk segera melakukan rekonstruksi untuk dapat segera mengembalikan kondisi perekonomian seperti semula.

"Kuncinya pada seberapa cepat pemerintah Jepang untuk dengan segera melakukan rekonstruksi. Jika tahap rekonstruksi berjalan, maka itu merupakan peluang bagi Indonesia untuk melakukan ekspor ke Jepang," ujarnya.

Dengan berjalannya proses rekonstruksi di Jepang, menurut dia, maka Indonesia dapat mengambil kesempatan untuk mengekspor bahan baku ke Jepang karena sudah dapat dipastikan Jepang akan membutuhkannya.

Jepang adalah negara tujuan ekspor utama Indonesia dengan total 16,49 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau naik kurang lebih senilai 37 persen pada tahun 2010, dan 11,8 miliar pada tahun 2009, sedangkan untuk impor pada tahun 2010 mencapai 15,32 miliardolar AS naik kurang lebih sebesar 75 persen dari tahun 2009 yang hanya 9,8 miliar dolar AS.
(T.KR-VFT/B012)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com