New York (ANTARA News/Reuters) - Harga minyak, Rabu, naik akibat kekacauan di Timur Tengah dan Afrika Utara yang terus membara dan karena sebuah laporan yang menunjukkan bahwa cadangan bensin di Amerika Serikat turun lebih besar dari yang diharapkan. Bertahannya permintaan bensin meski harga eceran menguat dan naik serta turunnya persediaan banyak membantu mengangkat harga minyak mentah di AS, sedangkan Brent goyah pada awal perdagangan.

Kalangan analis dan broker memperkirakan harga premium Brent terhadap mitranya di AS, West Texas Intermediate (WIT), akan turun pelan-pelan, sehingga industri penyulingan di AS memperkuat pencarian minyak mentah light sweet untuk memperkuat produksi dengan makin mendekatnya saat berkendaraan pada musim panas di AS.

Kenaikan harga minyak yang pada awalnya disokong oleh kekacauan di negara tetangga Arab saudi, Yaman, dan juga Syria terus mengkhawatirkan, terutama mengenai potensi terganggunya pasokan minyak dari kawasan itu.

Kalangan investor juga lebih mencermati kerusuhan di Timur Tengah setelah roket Palestina mengenai dua kota di pedalaman Israel dan berlanjutnya peperangan di negara anggota OPEC, Libya.

Harga berjangka minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei naik 35 persen menjadi 116,05 dolar AS per barel pada 12.54 pm (16.54 GMT), diperdagangkan pada kisaran 115,08 dolar sampai 116,04 dolar.

Harga berjangka minyak mentah AS untuk pengiriman Mei juga naik 1,14 dolar menjadi 106,11 dolar per barel, tidak lebih tinggi dari 106,34 dolar.

Total volume perdagangan minyak mentah AS hanya di atas 310.000 lot, 64 persen di bawah rata-rata selama 30 hari yang mencapai hampir 900.000 lot.

Semoga informasi yang disajikan sejauh ini berlaku. Anda juga mungkin ingin mempertimbangkan hal berikut:

Volume perdagangan minyak mentah terkekang oleh volatilitas dan ketidakpastian mengenai kerusuhan dan revolusi di Timur Tengah dan Afrika Utara serta gempa bumi di Jepang yang memporak-porandakan ekonomi.

Harga premium Brent terhadap West Texas Intermediate (WIT) turun 1,04 dolar menjadi 9,90 dolar per barel, jauh di bawah rekor pada 1 Maret yang mencapai 17,12 dolar.

Data pemeritnah AS menunjukkan cadangan bensin anjlok 5,32 juta barel selama sepekan sampai 18 Maret, melewati perkiraan kalangan analis yang memperkirakan anjlok 1,8 juta barel.

Cadangan bensin anjlok seiring dengan upaya memperkuat rata-rata penyulingan sebesar 0,7 persen poin, meskipun upaya meningkatkan kapasitas tidak mampu mencegah persediaan minyak mentah naik lebih dari yang diperkirakan dan cadangan minyak hasil olahan juga membukukan kenaikan.

Cadangan bensin yang turun pada tiga minggu pertama Maret adalah penurunan terbesar selama satu periode sejak 1990, ketika Badan Informasi Energi AS (EIA) mulai melaporkan persediaan mingguannya.

Permintaan bensin selama empat minggu terakhir lebih tinggi 1,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya, kata EIA.(*)

(Uu.A027/A026)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com